Minggu, 25 Januari 2009

Science of Qur'an (Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Qur'an)



Sejarah Mencatat

“Matematika adalah bahasa Tuhan ketika Dia menulis alam semesta”. Galilea (1564-1642 M)

Bagi seorang yang awam mungkin apa yang disampaikan oleh Galilea di atas adalah sebuah kebodohan yang tak mendasar. Tapi hukum ini tidak berlaku bagi ilmuwan-ilmuwan yang selalu mengedepankan rasionalitas dan bersandar pada aspek-aspek fenomena realita dan teoritis. Sebagian besar ilmuwan ber¬pendapat bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dengan kode-kode tertentu dan struktur bilangan tertentu. Alam sendiri sebenarnya telah mengajarkan kepada manusia tentang adanya periode-periode tertentu yang selalu berulang, terstruktur dan sistematis, misalnya, orbit Bulan, Bumi dan planet-planet, lintasan meteorit dan bintang-bintang, DNA, kromosom, sifat atom, lapisan bumi dan atmosfer, dan elemen kimia dengan segala karakteristiknya.

Lantas pertanyaannya sekarang apa kaitannya statement ilmuwan-ilmuwan tersebut dan fenomena-fenomena alam tersebut dengan keberadaan Al-Qur’an?. Kitab yang merupakan Imam bagi kaum muslim yang telah diimani kurang lebih 1.780.000.000 jiwa dan 80% penduduk Indonesia ini ternyata mengajarkan pembacanya bahwa ”Tuhan menciptakan sesuatu dengan hitungan teliti” (al-Jinn 72: 28). Bahkan dalam salah satu ayatnya menyatakan jumlah manusia yang akan datang menghadap Tuhan Yang Maha Pemurah, selaku seorang hamba pada hari yang telah dijanjikan telah ditetapkan dengan hitungan yang teliti (Maryam 1 9 : 93-94).

Dalam pandangan Al-Qur'an, tidak ada peristiwa yang ter¬jadi secara kebetulan. Semua terjadi dengan "hitungan", baik dengan hukum-hukum alam yang telah dikenal manusia maupun yang belum. Bagi Muslim yang beriman, tidak ada bedanya apakah Al-Qur'an diciptakan dengan "hitungan" atau tidak, mereka tetap percaya bahwa kitab yang mulia ini berasal dari Tuhan Yang Esa. Pencipta alam semesta, yang mendidik dan memelihara manusia. Namun bagi sebagian il¬muwan, terutama yang Muslim, yang percaya bahwa adanya kodetifikasi alam semesta, baik kitab suci, manusia maupun objek di langit, adalah suatu "kepuasan tersendiri" jika dapat menemukan hubungan-hubungan tersebut. Al-Qur'an adalah salah satu mahakarya yang diturunkan dari langit, untuk pedoman umat manusia, berlaku hingga alam semesta runtuh. Ia menggambarkan masa lalu, sekarang dan masa depan de¬ngan cara yang menakjubkan. Prof. Palmer seorang ahli kela¬utan di Amerika Serikat mengatakan "Ilmuwan sebenarnya hanya menegaskan apa yang telah tertulis didalam al-Qur'an beberapa tahun yang lalu". (Arifin Muftie : Matematika Alam Semesta)
Seolah ingin menegaskan dengan apa yang dikatakan oleh Profesor asal negeri Paman Sam di atas Allah SWT selaku pencipta alam semestapun telah berfirman dalam Al-Qur’an pada surat az-Zumar 39:9 : "Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran". Kebenaran ayat ini sebenarnya pernah dirasakan dunia pada kisaran abad ke-8 hingga abad ke-13 M. Banyak ilmuwan-ilmuwan muslim yang lahir pada zaman itu dan menghasilkan penemuan-penemuan fenomenal misalnya Abu Ali al Husain ibn Abdallah ibn Sina (panggil : Ibnu Sina) selaku bapak kedokteran dunia yang kini sengaja disebut oleh orang-orang barat dengan nama Avicenna. beliau adalah orang pertama yang memperkenalkan pengobatan secara sistematis dan beliau pulalah yang pertama yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya kedalam sebuah buku yang diberi nama Al Qanun fi al Tibb yang kemudian disebut The Canon. Dan dari sana ia berkesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh manusia, dari ujung rambut hingga ujung kaki hingga kuku saling berhubungan. Lebih khusus lagi, ia mengenalkan dunia
kedokteran pada ilmu yang sekarang diberi nama pathology dan farma, yang
menjadi bagian penting dari ilmu kedokteran (baca : http://www.thekumaiprojek.blogspot.com). Selain itu ada lagi nama-nama besar seperti al-Farabi, al-jabar dan Ibn Rusyd yang juga merupakan ahli ilmu kealaman, matematika, sosial, kedokteran dan juga cendikiawan agama.

“Pinter dan terkenal sekaligus beramal”. Ya itulahlah kalimat yang tepat bagi ilmuwan muslim dulunya. Maklum hal ini bisa terjadi karena dulu memang disebabkan faktor kedekatan kaum muslim dengan Imamnya, pedomannya sekaligus mata air segala ilmu yaitu al-Qur’anul karim. Dulu ketika berbicara ilmu maka maksudnya adalah semua ilmu baik itu agama, kedokteran, sosial, hukum, ekonomi maupun yang lain dan hal ini tentunya berbeda dengan kondisi zaman sekarang yang mengalami pemisahan-pemisahan (baca: sengaja dipisahkan). Pada zaman sekarang ketika berbicara science atau ilmu maka yang dimaksud adalah segala ilmu kecuali ilmu agama, karena sekarang yang dimaksud dengan agama hanyalah bentuk ibadah yang dilakukan di masjid, mushalla dan langgar saja. Jika kita tilik history perilaku ini tentunya tak terlepas dari peran abad ke-19 dimana dunia eropa bergairah mengembangkan ilmu pengetahuan seraya mencampakkan agama dan celakanya kaum muslim pada saat itu terpuruk dalam berbagai keterbelakangan dan kejumudan hingga 2 abad berlangsung hal ini tetap berjalan seirama sampai detik ini.

Kita Hari Ini

Semenjak bergulirnya Revolusi Industri di Inggris pada abad ke-19 seiring itu berjalannya dunia Islam mengalami kemerosotan yang begitu tajam. Produk-produk ilmu pada saat itu hanya bersifat "daur ulang" dan itupun sebagian besar dalam bidang keagamaan. Praktek kehidupan kaum Muslim pada saat itu telah dicemari oleh bid'ah, khurafat dan takhayul yang mana kondisi ini tak jauh beda dengan kondisi umat saat ini.

Dikehidupan Islam yang baru saat ini, Al-Qur’an yang merupakan simbol kejayaan umat Islam karena memang banyaknya harta karun (Science) yang tersimpan didalamnya kini hanya dijadikan sekedar pajangan dinding disetiap rumah kaum muslim, atau hanya sebatas dijadikan ajang perlombaan rutin setiap tahunnya dan kita menyebutnya “Tilawatil Qur’an” (MTQ) yang begitu syarat korupsi disetiap pentasnya, bahkan yang lebih fenomenal, kini ayat-ayat yang begitu diagungkan oleh sang Pengarangnya (Allah Jalla Jalaloh) ini banyak dijadikan sebagai Jimat ataupun susuk yang katanya apabila diletakkan pada bagian tubuh tertentu akan mampu melindungi si pemilik jimat seolah-olah Tuhan bukanlah Maha Penolong bagi setiap hambanya. Tentunya hal ini begitu memperihatinkan bagi kondisi umat yang begitu dimuliakan oleh Tuhan Sang Pencipta alam semesta maupun oleh makhluk lainnya karena kesholihan sang penggembalanya ialah Muhammad SAW.

Belum habis rasanya keterpurukan umat Islam. Kinipun berbagai macam virus penyakit bersarang pada setiap pola pikir, tingkah laku dan juga pola kehidupan sehari-hari kaum muslim. Begitu kentalnya penyakit SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme, Liberalisme) sehingga memisahkan umat ini dari tatanan kehidupan Islami yang bersumber pada Al-Qur’an. Dari segi ekonomi misalnya kini diseluruh penjuru dunia termasuk umat yang mulia ini berlomba-lomba mencari harta dalam ranah ribawi yang jelas-jelas diharamkan dalam agama Islam. Tak lagi bersifat personal kinipun banyak Institusi ribawi yang dilegalitaskan oleh pemerintah seperti Bank Sekuler, Koperasi Uang dan lain sebagainya. Tak hanya itu perekonomian dunia saat inipun tak lagi ditumpukan pada sektor real yang dulu menjadi kejayaan ekonomi dunia Islam namun kini lebih dititik beratkan pada sektor non-real seperti permainan bursa saham yang hanya dilakoni oleh para kapital-kapital pemilik modal dan anehnya permainan ini sangat berimbas terhadap hajat orang banyak, yang berarti nasib ekonomi suatu negara dapat berakibat baik dan buruk tergantung hasil akhir dari permainan bursa saham ini. Tentunya hal ini bisa terjadi karena memang hampir mayoritas negara didunia saat ini mengadopsi sistem ekonomi kapitalis yang jelas-jelas terbukti gagal dinegeri nenek moyangnya yaitu USA.
Tak jauh beda dengan sektor ekonomi, kini sektor hukumpun disekulerisasi. Di Indonesia misalnya hampir 50.000 orang menjadi korban perdagangan manusia (Trafficking) tiap tahunnya, 2,3 Juta kasus aborsi dan banyak kasus pembunuhan lainnya terkuak tiap tahunnya dan yang paling heboh lagi 15 juta Abege (anak baru gede) Indonesia melahirkan tiap tahunnya diluar nikah (baca : http://www.detiknews.com). Begitu banyaknya kasus kejahatan saat ini seolah membuktikan bahwa tatanan sosial dan hukum dinegeri tercinta kita saat ini jauh dari keidealan yang diinginkan. Padahal dulu saat umat ini begitu dekat dengan kitabnya selama 13 abad lamanya sejarah mencatat dunia hidup dalam kedamaian dan kemakmuran antar sesama umat manusia.
Sejarawan Italia, Brands Johny Burkz pernah mengatakan, “Kesejahteraan dan kepemimpinan menjauh dari umat Islam dikarenakan mereka tidak mau mengikuti petunjuk Al Qur’an dan mengamalkan hukum dan undang-undang-nya. Padahal sebelumnya sejarah telah mencatat bahwa generasi awal Islam meraih kejayaan, kemenangan, dan kebesaran. Musuh-musuh Islam tahu rahasia ini, sehingga mereka menyerang dari sisi ini. Ya, kondisi kehidupan umat Islam sekarang ini suram, karena tidak pedulinya umat ini terhadap Kitabnya, bukan karena ada kekurangan dalam Al Qur’an atau Islam secara umum. Yang obyektif adalah tidak benar menganggat sisi negatif dengan menghakimi ajaran Islam yang suci.” Apa yang disampaikan oleh sejarawan Italia tadi sebenarnya hanyalah merupakan analisis realita yang terjadi dalam kehidupan umat Islam saat ini yang telah mencampakkan setiap bait dan ayat Al-Qur’an secara spiritual dalam pengamalan kehidupannya.

Rujuk Ilal Qur’an (kembali kepada Al-Qur’an)

Banyaknya bukti kebenaran dalam Al-Qur’an harusnya menjadikan umat ini untuk segera kembali dan rujuk kepada kitab mulia ini. Dan banyaknya ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Al-Qur’an harusnya menjadi motivator bagi umat ini untuk menggalinya demi kemaslahatan kehidupan dunia seperti yeng telah dilakukan umat muslim pada masa lampau. Contoh yang paling sederhana adalah ayat 68-69 Surat Lebah atau an-Nahl, yang menceritakan aktivitas lebah "mendirikan sarang dan mencari makan".

Ayat tersebut menggunakan bentuk kata kerja femina, ka¬rena memang yang mencari makan dan membuat sarang adalah lebah betina. Lebah jantan diberi makan oleh lebah betina, bukan sebaliknya. Jangankan masyarakat di abad ke-7, ma¬syarakat di abad ke-21 pun tidak tahu bagaimana cara mem¬bedakan lebah jantan dan lebah betina Terlebih, memahami bahwa lebah betinalah yang mencari makan, bukan sebaliknya. Jika Surat an-Nahl merefleksikan lebah betina dengan bentuk kata kerja femina. Lebah jantan digambarkan oleh al-Qur'an pada nomor suratnya, yaitu bilangan 16. Bilangan 16 ini adalah banyaknya kromosom lebah jantan, sedangkan jumlah kro¬mosom lebah betina diketahui berjumlah 32. Teknik-teknik seperti inilah yang disebut ilmuwan dengan coding isyarat-isyarat di alam semesta, atau meminjam istilah Malik Ben Nabi "tanda-tanda" atau ayat bagaikan "anak panah yang berkilauan".

"Hanya orang-orang yang berakal sajalah yang dapat menerima pelajaran". (ar-Ra'd 73: 19)

Pada tahun 1965 Robert Wilson dan Arno Pnezias mengukur radiasi diangkasa raya yang dikuatkan oleh para peneliti NASA yang menggunakan alat yang bernama COBE Spacecart, merekapun menyimpulkan bahwa pada masa dahulu langit dan Bumi awalnya padu. Dan Al-Qur’an pada surat Al Anbiyaa ayat 30 telah menyatakan hal yang sama sejak 1400 tahun yang lalu. Kembali pada tahun 1992 NASA meluncurkan satelit COBE yang berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang berbentuk bunga mawar merah yang kemudian dikenal sebagai teori pemisahan antara Bumi dan langit. Dan sekali lagi Al-Qur’an merekam fenomena alam ini sejak 1400 tahun yang lalu pada surat Ar Rahman ayat 37-38 : “Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ? “.

"Hanya orang-orang yang berakal sajalah yang dapat menerima pelajaran". (ar-Ra'd 73: 19)

Tidak ada keraguan sebenarnya bagi umat ini untuk kembali menjalankan aktivitas roda kehidupannya dengan nafas Al-Qur’an. Karena sudah cukup bukti kitab ini memberikan kebenaran bagi kita agar senantiasa memeluk dan mengamalkan setiap bait nasehat Tuhan yang tertulis didalamnya. Tentunya bagi setiap muslim telah terpatri suatu prinsip bahwa “Hidup ini dari-Nya, untuk-Nya dan hanya kembali kepada-Nya”. Dan jika setiap insan muslim telah kembali pada tuntunannya ialah Al-Qur’anul karim, maka sebenarnya segala problematika kehidupan saat ini akan dapat teratasi dengan baik dan diganti dengan kehidupan yang lebih khusnul khatimah. Amin!!!

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS.Al-Hadiid:16)

Yakin Usaha Sampai

3 komentar:

  1. nah, ilmu dari timur tengah memang banyak yang "dicuri" dan dikembangkan dengan sekuler oleh barat..itu salah satunya karena kekalahan perang....

    BalasHapus
  2. Asslam
    terima kasih buat komentarnya. mohon kritik yang membangun ya....heheheheh

    wasslam

    BalasHapus
  3. kang Agus, apakah pernah dines di Cilegon?

    BalasHapus

Aku Bicara © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute