Minggu, 08 Februari 2009

REFLEKSI 62 TAHUN PERJALANAN HMI

Makna 5 Februari

5 Februari mungkin tak berarti apa-apa bagi kebanyakan warga negeri ini. Aktivitas yang dilakukanpun terkesan sama dan tak jauh beda dengan hari-hari biasanya. Sawah dan ladang tetaplah digarap bagi petani, laut dan ikan tetaplah menjadi pemandangan hari-hari bagi para nelayan, kantor dan banyaknya kasus rakyat tetaplah pula menjadi santapan rutinitas bagi mereka yang menamakan dirinya wakil rakyat dan berjuta aktivitas lainnyapun terkesan sama dari hari kehari. Namun kondisi ini tidaklah berlaku bagi kami dan mereka yang menamakan dirinya Insan Cita atau kader Himpunan Mahasiswa Islam.
Himpunan Mahasiswa Islam atau yang lebih dikenal dengan HMI merupakan organisasi mahasiswa yang mempunyai sejarah cukup panjang. Ia lahir dari sebuah keprihatinan atas kondisi bangsa dan umat Islam yang saat itu sangat terpuruk dan terbelakang dalam segala aspek, baik moral, mental, kemandirian dan intelektualitas. Tujuan didirikannya HMI itu pun tidak lepas dari semangat itu, yakni untuk melakukan syiar Islam dan memajukan bangsa Indonesia. Maka pada 5 Februari 1947 bertepat di Sekolah Tinggi Islam (kini Universitas Islam Indonesia/UII) Yogyakarta, ayahanda Prof. Lafran Pane dan kawan-kawan membentuk organisasi kemahasiswaan yang diberi nama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini.
HMI yang kini telah berusia 62 tahun (5 Februari 2009) dan hampir mempunyai kader di seluruh perguruan tinggi di Indonesia dan kader-kadernya yang sudah tersebar di seluruh nusantara dulu tidaklah sebesar dan eksis seperti saat ini. Awal berdirinya HMI penuh dengan dinamika dan tantangan yang cukup hebat. Terutama masa-masa awal kemerdekaan, di mana HMI vis a vis langsung dengan kaum penjajah.
Pada fase berikutnya HMI juga menghadapi tantangan dari dalam, yakni pada masa pemerintah Orde Lama. Sebagaimana kita ketahui bahwa saat itu pemerintahan Soekarno begitu kuat dan didukung penuh oleh kekuatan Partai Komunis Indonesia (PKI). Sehingga PKI pada saat itu dengan berbagai cara berupaya untuk membubarkan HMI. Tetapi alhamdulillah Allah SWT melindungi sehingga Orde Lama Soekarno berpihak kepada HMI dan HMI tidak jadi dibubarkan.
Di masa Orde Baru, gerakan-gerakan yang mengarah pada pengkerdilan eksistensi dan perjuangan HMI juga sering terjadi, baik yang direncanakan maupun yang tidak. Gerakan yang dampaknya paling terasa hingga kini adalah ketika pemerintah Orde Baru Soeharto memberlakukan asas tunggal Pancasila bagi seluruh organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan (kemahasiswaan). Tak pelak kebijakan tersebut membuat HMI berada di persimpangan jalan antara kelompok yang ingin terus mempertahankan asas Islam dengan kelompok yang ingin menggunakan asas Pancasila sebagai alternatif agar organisasi Syiar Islam ini selamat dari pembubaran. Maka pada Kongres di Padang tahun 1986 HMI pecah menjadi dua kubu: HMI Dipo dan HMI MPO (Majelis Penyelamat Organisasi). Dan sampai hari ini perbedaan fikroh itu masih menjadi sebuah dinamika yang kami rasakan di organisasi yang kami cintai karena “I” nya ini.
Realitas di atas menunjukkan bahwa HMI sesungguhnya organisasi yang sangat teruji. Ia memiliki manajemen yang bagus (rapi), mempunyai sistem pengkaderan yang sistematis dan berkelanjutan, piawai dalam memanajemen konflik. Selain itu, kekuatan lain dari HMI adalah ia memiliki kader-kader yang berkualitas dengan tingkat profesionalitas di bidangnya masing-masing. Dari segi intelektualitas HMI luar biasa, ada yang menjadi menteri, gubernur/wakil gubernur, walikota/wakil walikota, bupati/wakil bupati, wakil presiden, ada yang menjadi cendikiawan dan seterusnya. Kalau dilihat dari sisi ini boleh dikatakan bahwa sistem pengkaderan di organisasi tertua dan terbesar ini terbilang sukses dan berhasil.

HMI Menurut Mereka

Dengan realitas fenomena di atas tadi secara langsung maupun tidak faktanya telah membuat dua sisi yang selalu mengawal keberadaan dan perjuangan HMI. sisi pertama adalah mereka yang selalu merasa optimistis dan memuji setiap perjuangan HMI, mereka pulalah orang-orang yang selalu mengagumi sosok keberadaan dan eksistensi organisasi ini karena percaya akan potensi dari setiap kader HMI. Namun dilain sisi banyak pula dari mereka yang pesimistis, aphatis dan mungkin juga arespek terhadap organisasi ini. karena menurut mereka kader-kader HMI adalah kader-kader Islam yang Sekuler yang sudah mengalami kemerosotan dari tahun-ketahun. Bahkan ada yang lebih ekstrim dengan menyebutkan bahwa HMI sudah kehilangan Independensinya sebagai organisasi mahasiswa yang kritis dan beralih memihak terhadap Pemerintah karena banyaknya Alumni dari organisasi tertua dan terbesar se-Indonesia ini yang menjadi kalangan Kabir (Kapitalis Birokrat) dengan kata lain HMI kami adalah Kapitalis Cilik yang hanya selalu duduk manja, cukup tersenyum dan terima angpao saja.

HMI Pun Menjawab

Sebagai sebuah organisasi yang sangat teruji akan eksistensinya terhadap Jaman. Tentunya sangat wajar jika fenomena kritik dan apresiasi di atas terus berdatangan pada HMI. Tidak saja karena HMI memiliki kader-kader yang berkualitas dengan tingkat profesionalitas di bidangnya masing-masing yang tentu saja dengan hal ini mengakibatkan segala tindak tanduknya selalu menjadi sorotan publik baik itu bersifat positif maupun negatif doing. Tapi disisi lain juga menandakan akan bentuk kepedulian dan harapan umat dan masyarakat negeri ini terhadap organisasi yang sudah berusia 62 tahun ini. Harapan itu hadir paling tidak dalam bentuk amanah dan pesan agar para generasi Insan Cita ini terus maju dan berkarya demi kejayaan agama dan negeri tercinta ini.
Dalam rangka menjawab sejuta aspirasi, apresiasi dan kritik itu, memang sudah sepantasnya ia, kami, dan mereka yang mengaku para kader HMI kader insan cita melakukan Kritik Oto Kritik dan evaluasi diri sebagai bentuk penghargaan dan jawaban atas segala keraguan yang selama ini ditamparkan pada organisasi tercinta yang menjadi fenomenal sejarah ini. Apapun itu, seberapa lama, dan sampai mana...? HMI akan terus melakukan perubahan demi perubahan untuk menjawab komitmen ke Islaman dan ke Indonesiaan kami yang juga menjadi cita-cita seluruh umat Islam yang tinggal di pijakan terindah Indonesia tercinta ini sebagai rahmat Allah SWT . Dan di penghujung tulisan ini dengan selalu berusaha rendah hati saya mengucapkan selamat hari jadi yang ke-62 tahun untuk HMI dan semoga dalam perjuangannya HMI tidak hanya menjadi sebuah Himpunan Mahasiswa Islam tetapi juga mampu menjadi HMI (Harapan Masyarakat Indonesia) yang amanah sesuai Syariah Islam (baca : Aturan Islam). Amin Ya Robbal Alamin!!!

Yakin Usaha Sampai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku Bicara © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute