Minggu, 15 Maret 2009

Apa itu Ideologi...???

1. Mencari pengertian ideologi
Jawab :
Ideologi adalah gabungan antara pandangan hidup yang meruupakan yang merupakan ninilai –nilai yang telah mengkristal dari suatu bangsa serta Dasar Negara yang memiliki nilai-nilai falsafah yang menjadi pedoman hidup suatu bangsa, selain itu, Idiologi adalah merupakan hasil reflesi manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat suatu yang bersifat dialektis antara idiologi dengan masyarat negara. Di suatu pihak membuat idiologi semakin realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Idologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya.

2. Apa yang di maksud dengan aspek idealitas, Aspek normalitas, aspek realitas, dan aspek fleksibilitas.
Jawab :
Aspek Ideaslitas : yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila yaitu: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Hikikat nilai-nilai pancasila yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung didalam pancasila yang bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh tersebut bersumber pada filsafat pancasial (nilai-nilai filosofis yamng terkandung dalam pancasila).

Aspek Normalitas : yaitu niali-nilai yang terkandung dalam pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem norma-norma kenegaraan. Dalam pengertian ini pancasila terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang merupakan norma tertib hukum tertinggi dalam negara Indonesia serta merupakan states fundamental norm (pokok kaidah negara yang fundamental).

Aspek Realitas : artinya mampu dijabarkan dalam segala aspek kehidupan nyata. maka yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan raelitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu pancasila selain memiliki nilai-nilai ideal serta normatif pancasila harus mampu dijabarkan dalam kehidupan masyarakat secara nyata (kontrik) baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam penyalenggaraan negara. Dengan demikian pancasila sebagai ideologi terbuka tidak bersifat “utopis”yang hanya berisi ide-ide yang bersifat mengawang melainkan suatu ideologi yang bersifat “realistis.

Aspek Fleksibilitas : yakni Pancasila sebagi suatu idiologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa idiologi pansila besifat aktual, dinamis, antisifasif dan senentiasa mampu menyelesaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu Pancasila juga mampu menyaring budaya-budaya asing yang masuk di Negara Indonesia dngan kelima hakekat dari pancasila yang juga merupakan esensi dari nilai-nilai pancasila yang sifatnya universal sehingga dalam nilai tersebut terkandung cita-cita, tujuan serta nilai-nilai yang baik dan benar.

3. Mengapa Pancasila di jadikan Ideologi…?
Jawab :
Pancasila dijadikan ideologi dikerenakan, Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah dan pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar Negara. Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud dari konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara moderen yang disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia. Pancasila juga memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional. adalah cara pandang dan metode bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai cita-citanya, yaitu masyarakat yang adil dan makmur.

4, Pancasila sebagai Ideologi Indonesia termasuk Ideologi terbuka atau tertutup..?
Jawab :
Pancasila merupakan Ideologi terbuka hal ini disebabkan dimaksudkan bahwa idiologi pansila besifat aktual, dinamis, antisifasif dan senentiasa mampu menyelesaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan idiologi pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung didalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya lebih kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang senentiasa berkambang seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek dan zaman.

Demokrasi di Indonesia. Haruskah???

Silahkan masukkan tanggapan anda...??? dan kami akan mempublikasikan jawaban anda!!!

Jumat, 13 Maret 2009

Socrates ( 469-399 BCE ) (469-399 BCE)

Sumber : Plato, The Last Days of Socrates, ed. by Hugh Tredennick (Penguin, 1995) { Order from Amazon.com } oleh Hugh Tredennick (Penguin, 1995)

Dalam penggunaan pemikiran kritis, dengan tetap komitmen untuk kebenaran, dan hidup melalui contoh dari kehidupan sendiri, kelima-abad Athenian Socrates menetapkan standar untuk semua filsafat Barat. Karena ia tidak meninggalkan warisan sastra dari negerinya sendiri, kita tergantung penulis kontemporer seperti Aristophanes dan Xenophon kami untuk informasi tentang hidupnya dan bekerja. Sebagai murid dari Archelaus selama pemuda, Socrates menunjukkan banyak sekali yang menarik dalam teori ilmiah yang Anaxagoras, tetapi kemudian ditinggalkan inquiries fisik ke dalam dunia untuk yang berdedikasi investigasi pembangunan pada moral karakter. Setelah disajikan dengan beberapa perbedaan sebagai seorang tentara di Delium dan Amphipolis selama Perang Peloponnesian, Socrates dabbled dalam kekacauan politik yang dikonsumsi Athena setelah Perang, maka dari pensiunan hidup aktif bekerja sebagai tukang batu dan untuk meningkatkan anak-anaknya dengan isterinya, xanthippe. Setelah pewarisan yang sederhana keberuntungan dari ayahnya yang pengukir Sophroniscus, Socrates digunakan marjinal keuangan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk memberikan perhatian penuh waktu untuk inventing praktik dialog filosofis.

For the rest of his life, Socrates devoted himself to free-wheeling discussion with the aristocratic young citizens of Athens, insistently questioning their unwarranted confidence in the truth of popular opinions, even though he often offered them no clear alternative teaching. Unlike the professional Sophists of the time, Socrates pointedly declined to accept payment for his work with students, but despite (or, perhaps, because) of this lofty disdain for material success, many of them were fanatically loyal to him. Their parents, however, were often displeased with his influence on their offspring, and his earlier association with opponents of the democratic regime had already made him a controversial political figure. Untuk sisa hidupnya, Socrates dikhususkan untuk dirinya bebas diskusi dengan aristocratic muda warga Athens, pertanyaan bertubi-tubi mereka tdk berdasar keyakinan dalam kebenaran pendapat yang populer, meskipun ia sering mereka yang tidak jelas alternatif pengajaran. Berbeda dengan profesional Sophists of the time, Socrates tajam menolak untuk menerima pembayaran untuk karyanya dengan siswa, tetapi walaupun (atau mungkin karena) ini angkuh meremehkan bahan untuk sukses, banyak dari mereka fanatically setia kepadanya. orangtua mereka, namun sering kepedaran dengan pengaruh pada keturunan mereka, dan sebelumnya dengan lawan yang demokratis rezim telah dibuat seorang tokoh politik kontroversial. Kematian Socrates Although the amnesty of 405 forestalled direct prosecution for his political activities, an Athenian jury found other charges—corrupting the youth and interfering with the religion of the city—upon which to convict Socrates, and they sentenced him to death in 399 BCE Accepting this outcome with remarkable grace, Socrates drank hemlock and died in the company of his friends and disciples. Meskipun amnesti dari 405 forestalled langsung penuntutan atas kegiatan politik, yang ditemukan Athenian juri lainnya biaya-kerusakan di muda dan campur dengan agama kota yang ke-atas narapidana Socrates, dan dia dihukum mati di 399 SM ini Menerima hasil luar biasa dengan rahmat, Socrates dan minum Hemlock tewas di perusahaan teman-temannya dan murid-murid.

Our best sources of information about Socrates's philosophical views are the early dialogues of his student Plato , who attempted there to provide a faithful picture of the methods and teachings of the master. Kami terbaik sumber-sumber informasi tentang Socrates dilihat dari filosofis adalah awal dialog orang siswa Plato, ada yang berusaha untuk memberikan gambar yang setia metode dan ajaran master. (Although Socrates also appears as a character in the later dialogues of Plato, these writings more often express philosophical positions Plato himself developed long after Socrates's death.) In the Socratic dialogues, his extended conversations with students, statesmen, and friends invariably aim at understanding and achieving virtue {Gk. areth [ aretê ] } through the careful application of a dialectical method that employs critical inquiry to undermine the plausibility of widely-held doctrines. Destroying the illusion that we already comprehend the world perfectly and honestly accepting the fact of our own ignorance, Socrates believed, are vital steps toward our acquisition of genuine knowledge, by discovering universal definitions of the key concepts governing human life. (Walaupun Socrates juga muncul sebagai karakter dalam dialog dari Plato kemudian, tulisan-tulisan ini lebih sering menyatakan posisi filosofis Plato sendiri dikembangkan Socrates lama setelah kematian.) Dalam dialog Socratic, maka diperpanjang percakapan dengan siswa, statesmen, dan teman-teman selalu bertujuan pada pengertian dan mencapai kebaikan (Gk. areth [aretê]) hati-hati melalui aplikasi yang berhubung dgn dialek yang mempekerjakan kritis metode inquiry untuk meruntuhkan banyak hal masuk akal yang diadakan-doktrin. menghancurkan ilusi bahwa kita sudah memahami dunia dengan baik dan jujur menerima kenyataan kami ketidaktahuan sendiri, Socrates beriman, adalah langkah penting menuju kami akuisisi pengetahuan asli, oleh universal menemukan definisi tombol konsep tata kehidupan manusia.

Interacting with an arrogantly confident young man in Euqufrwn ( Euthyphro ), for example, Socrates systematically refutes the superficial notion of piety (moral rectitude) as doing whatever is pleasing to the gods. Berinteraksi dengan yakin dgn tinggi hati pemuda di Euqufrwn (Euthyphro), misalnya, Socrates refutes sistematis yang dangkal gagasan kesalehan (moral ketulusan) dan melakukan apa yang penampilan ke allah. Efforts to define morality by reference to any external authority, he argued, inevitably founder in a significant logical dilemma about the origin of the good . Plato's Apologhma ( Apology ) is an account of Socrates's (unsuccessful) speech in his own defense before the Athenian jury; it includes a detailed description of the motives and goals of philosophical activity as he practiced it, together with a passionate declaration of its value for life. The Kritwn ( Crito ) reports that during Socrates's imprisonment he responded to friendly efforts to secure his escape by seriously debating whether or not it would be right for him to do so. Upaya untuk menentukan moralitas oleh rujukan kepada otoritas eksternal, ia berpendapat, pasti pendiri dalam dilema yang cukup logis tentang asal yang baik. Plato's Apologhma (Apology) adalah rekening dari Socrates (gagal) dalam sambutannya sendiri pertahanan sebelum Athenian juri , yang meliputi penjelasan rinci tentang motif dan tujuan dari kegiatan filosofis sebagai dia melakukan itu, bersama dengan gairah deklarasi dari nilai kehidupan. The Kritwn (Crito) melaporkan bahwa selama Socrates dari penjara ia merespon ramah upaya untuk memastikan diri-Nya oleh serius diperdebatkan apakah ia akan tepat bagi dia untuk melakukannya. He concludes to the contrary that an individual citizen—even when the victim of unjust treatment—can never be justified in refusing to obey the laws of the state . Dia menyimpulkan sebaliknya bahwa setiap warga negara-bahkan ketika korban perlakuan tidak adil-tidak dapat dibenarkan dalam menolak untuk menuruti undang-undang negara.

The Socrates of the Menwn ( Meno ) tries to determine whether or not virtue can be taught , and this naturally leads to a careful investigation of the nature of virtue itself. Socrates yang dari Menwn (meno) akan mencoba untuk menentukan apakah baik atau tidak dapat diajarkan, dan ini secara alami mengarah ke hati investigasi dari sifat kebaikan itu sendiri. Although his direct answer is that virtue is unteachable, Socrates does propose the doctrine of recollection to explain why we nevertheless are in possession of significant knowledge about such matters. Most remarkably, Socrates argues here that knowledge and virtue are so closely related that no human agent ever knowingly does evil : we all invariably do what we believe to be best. Improper conduct, then, can only be a product of our ignorance rather than a symptom of weakness of the will {Gk. akrasia [ akrásia ] }. The same view is also defended in the PrwtagoraV ( Protagoras ), along with the belief that all of the virtues must be cultivated together. Walaupun ia langsung terbaik adalah bahwa kebaikan adalah unteachable, Socrates tidak mengusulkan doktrin ingatan untuk menjelaskan mengapa kami jua yang memilikinya signifikan pengetahuan tentang hal-hal seperti itu. Paling sungguh, disini Socrates berpendapat bahwa pengetahuan dan kebaikan sangat erat kaitannya bahwa tidak ada manusia agen sadar tidak pernah jahat: kita semua selalu melakukan apa yang kami percaya akan terbaik. Improper melaksanakan, maka hanya dapat merupakan produk kami kejahilan daripada gejala dari kelemahan yang akan (Gk. akrasia [akrásia]). Hal yang sama melihat defended juga di PrwtagoraV (Protagoras), bersama dengan keyakinan bahwa seluruh virtues harus diolah secara bersama-sama.

40 PLATO 427 SM-347 SM

oleh : Michael H. Hart, 1978

Filosof Yunani kuno Plato tak pelak lagi cikal bakal filosof politik Barat dan sekaligus dedengkot pemikiran etika dan metafisika mereka. Pendapat-pendapatnya di bidang ini sudah terbaca luas lebih dari 2300 tahun. Tak pelak lagi, Plato berkedudukan bagai bapak moyangnya pemikir Barat,

Plato dilahirkan dari kalangan famili Athena kenamaan sekitar tahun 427 SM. Di masa remaja dia berkenalan dengan filosof kesohor Socrates yang jadi guru sekaligus sahabatnya. Tahun 399 SM, tatkala Socrates berumur tujuh puluh tahun, dia diseret ke pengadilan dengan tuduhan tak berdasar berbuat brengsek dan merusak akhlak angkatan muda Athena. Socrates dikutuk, dihukum mati. Pelaksanaan hukum mati Socrates --yang disebut Plato "orang terbijaksana, terjujur, terbaik dari semua manusia yang saya pernah kenal"-- membikin Plato benci kepada pemerintahan demokratis.

Tak lama sesudah Socrates mati, Plato pergi meninggalkan Athena dan selama sepuluh-duabelas tahun mengembara ke mana kaki membawa.

Sekitar tahun 387 SM dia kembali ke Athena, mendirikan perguruan di sana, sebuah akademi yang berjalan lebih dari 900 tahun. Plato menghabiskan sisa umurnya yang empat puluh tahun di Athena, mengajar dan menulis ihwal filsafat. Muridnya yang masyhur, Aristoteles, yang jadi murid akademi di umur tujuh belas tahun sedangkan Plato waktu itu sudah menginjak umur enam puluh tahun. Plato tutup mata pada usia tujuh puluh.

Plato menulis tak kurang dari tiga puluh enam buku, kebanyakan menyangkut masalah politik dan etika selain metafisika dan teologi. Tentu saja mustahil mengikhtisarkan isi semua buku itu hanya dalam beberapa kalimat. Tetapi, dengan risiko menyederhanakan pikiran-pikirannya, saya mau coba juga meringkas pokok-pokok gagasan politiknya.yang dipaparkan dalam buku yang kesohor, Republik, yang mewakili pikiran-pikirannya tentang bentuk masyarakat yang menurutnya ideal.

Bentuk terbaik dari suatu pemerintahan, usul Plato, adalah pemerintahan yang dipegang oleh kaum aristokrat. Yang dimaksud aristokrat di sini bukannya aristokrat yang diukur dari takaran kualitas, yaitu pemerintah yang digerakkan oleh putera terbaik dan terbijak dalam negeri itu. Orang-orang ini mesti dipilih bukan lewat pungutan suara penduduk melainkan lewat proses keputusan bersama. Orang-orang yang sudah jadi anggota penguasa atau disebut "guardian" harus menambah orang-orang yang sederajat semata-mata atas dasar pertimbangan kualitas.

Plato percaya bahwa bagi semua orang, entah dia lelaki atau perempuan, mesti disediakan kesempatan memperlihatkan kebolehannya selaku anggota "guardian". Plato merupakan filosof utama yang pertama, dan dalam jangka waktu lama nyatanya memang cuma dia, yang mengusulkan persamaan kesempatan tanpa memandang kelamin. Untuk membuktikan persamaan pemberian kesempatannya, Plato menganjurkan agar pertumbuhan dan pendidikan anak-anak dikelola oleh negara. Anak-anak pertama-tama kudu memperoleh latihan fisik yang menyeluruh, tetapi segi musik, matematika dan lain-lain disiplin akademi tidak boleh diabaikan. Pada beberapa tahap, ujian ekstensif harus diadakan. Mereka yang kurang maju harus diaalurkan untuk ikut serta terlibat dalam kegiatan ekonomi masyarakat, sedangkan orang-orang yang maju harus terus melanjutkan dan menerima gemblengan latihan. Penambahan pendidikan ini harus termasuk bukan cuma pada mata pelajaran akademi biasa, tetapi juga mendalami filosofi yang oleh Plato dimaksud menelaah doktrin bentuk ideal faham metafisikanya.

Pada usia tiga puluh lima tahun, orang-orang ini yang memang sudah betul-betul meyakinkan mampu menunjukkan penguasaannya di bidang teori-teori dasar, harus menjalani lagi tambahan latihan selama lima belas tahun, yang mesti termasuk bekerja mencari pengalaman praktek. Hanya orang-orang yang mampu memperlihatkan bahwa mereka bisa merealisir dalam bentuk kerja nyata dari buku-buku yang dipelajarinya dapat digolongkan kedalam "kelas guardian." Lebih dari itu, hanya orang-orang yang dengan jelas bisa. menunjukkan bahwa minat utamanya adalah mengabdi kepada kepentingan masyarakatlah yang bisa diterima ke dalam. "kelas guardian."

Keanggotaan guardian tidak dengan sendirinya menarik perhatian masyarakat. Sebab, jadi guardian tidaklah banyak mendapatkan duit. Mereka hanya dibolehkan memiliki harta pribadi dalam jumlah terbatas dan tak boleh punya tanah buat rumah pribadinya. Mereka menerima gaji tertentu dan tetap (itu pun dalam jumlah yang tak seberapa), dan tidak dibolehkan punya emas atau perak. Anggota guardian tidak diperkenankan punya famili yang terpisah tempatnya, mereka harus makan berbareng, punya pasangan bersama. Imbalan buat pentolan-pentolan filosof ini bukannya kekayaan melainkan kepuasan dalam hal melayani kepentingan umum. Begitulah ringkasnya sebuah republik yang ideal menurut Plato.

Republik terbaca luas selama berabad-abad. Tetapi harus dicatat, sistem politik yang dianjurkan didalamnya belum pernah secara nyata dipraktekkan sebagai model pemerintahan mana pun. Selama masa antara jaman Plato hingga kini, umumnya negara-negara Eropa menganut sistem kerajaan. Di abad-abad belakangan ini beberapa negara menganut bentuk pemerintah demokratis. Ada juga yang menganut sistem pemerintahan militer, atau di bawah tiran demagog seperti misalnya Hitler dan Mussolini. Tak satu pun pemerintahan-pemerintahan ini punya kemiripan dengan republik ideal Plato. Teori Plato tak pernah jadi anutan partai politik mana pun, atau jadi basis gerakan politik seperti halnya terjadi pada ajaran-ajaran Karl Marx, apakah dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa hasil karya Plato, kendati diperbincangkan dengan penuh penghargaan, sebenarnya sepenuhnya disisihkan orang dalam praktek? Saya pikir tidak.

Memang benar, tak satu pun pemerintahan sipil di Eropa disandarkan atas model Plato secara langsung. Namun, terdapat persamaan yang mengagumkan antara posisi gereja Katolik di Eropa abad tengah dengan "kelas guardian" Plato. Gereja Katolik abad pertengahan terdiri dari kaum elite yang mempertahankan diri sendiri agar tidak layu dan tersisihkan, yang anggota-anggotanya mendapat latihan-latihan filosofis resmi. Pada prinsipnya, semua pria, tak peduli dari mana asal-usulnya dapat dipilih masuk kependetaan (meski tidak untuk wanita). Juga pada prinsipnya, para pendeta itu tak punya famili dan memang diarahkan semata-mata agar mereka memusatkan perhatian pada kelompok mereka sendiri, bukannya nafsu keagungan disanjung-sanjung.

Peranan partai Komunis di Uni Soviet juga ada yang membandingkannya dengan "kelas guardian" Plato dalam dia punya republik ideal. Di sini pun kita temukan kelompok elite yang kesemuanya terlatih dengan filosofi resmi.

Gagasan Plato juga mempengaruhi struktur pemerintahan Amerika Serikat. Banyak anggota konvensi konstitusi Amerika mengenal dan tak asing dengan gagasan-gagasan politik Plato. Dia maksud, sudah barang tentu, agar Konstitusi Amerika Serikat membuka kemungkinan menggali dan mempengaruhi kehendak rakyat. Dan juga diinginkan sebagai sarana memilih orang-orang yang paling bijak dan paling baik untuk memerintah negara.

Kesulitan menentukan arti penting pengaruh Plato sepanjang masa --meski luas dan menyebar-- adalah ruwet dipaparkan dan bersifat tidak langsung. Sebagai tambahan teori politiknya, diskusinya di bidang etika dan metafisika telah mempengaruhi banyak filosof yang datang belakangan. Apabila Plato ditempatkan pada urutan sedikit lebih rendah ketimbang Aristoteles dalam daftar sekarang ini, hal ini terutama lantaran Aristoteles bukan saja seorang filosof melainkan pula seorang ilmuwan yang penting. Sebaliknya, penempatan Plato lebih tinggi urutannya ketimbang pemikir-pemikir seperti John Locke, Thomas Jefferson dan Voltaire, sebabnya lantaran tulisan-tulisan ihwal politiknya mempengaruhi dunia cuma dalam jangka masa dua atau tiga abad, sedangkan Plato punya daya jangkau lebih dari dua puluh tiga abad.

Kamis, 05 Maret 2009

Sistem Ekonomi Syariah di Antara Sistem Kapitalisme dan Sosialisme

Author: lutfi fadila. 9 November 2006 : 12:02 pm.

Para buruh kerap kali mengadakan demonstrasi kepada, agar sistem kontrak kerja yang diberlakukan perusahaan dihapus. Di lain waktu para karyawan menuntut kenaikan gaji. Di saat lain para pekerja menodong janji THR yang belum dibayarkan.

Itulah selintas gambaran tentang akibat peradapan dunia saat ini yang didominasi oleh gaya hidup masyarakat kapitalis. Para pemegang kapital, yaitu pemilik perusahaan hanya sibuk menumpuk dan menambah modal mereka tanpa memperhatikan kesejahteraan para karyawan yang telah menopang kelangsungan produktifitas perusahaan ataupun kemakmuran masyarakat di sekitar perusahaan itu didirikan.

Tak jarang hal tersebut menimbulkan banyak protes dari berbagai kalangan yang memplokamirkan diri sebagai golongan antikapitalisme. Namun, para kapitalis tetap berkuasa di atas jerih payah tenaga pekerja-pekerja mereka. Apalagi dengan sokongan sistem ekonomi kapitalis yang telah menggurita di dunia, perbedaan antar pengusaha dan buruh tampak nyata. Kaum konglomerat semakin kaya dengan tumpukan harta yang terus berbunga, sedangkan kaum proletar makin terpuruk dalam lilitan hutang yang beranak pinak.

Salah satu usaha protes terhadap sistem masyarakat kapitalis pernah dilakukan negara tirai besi, Uni Sovyet. Pemerintah negara Uni Sovyet mencoba menerapkan sistem ekonomi sosialis yang dicetuskan Karl Marx dalam kitabnya, Das Kapital. Pemerintah mengusahakan pemerataan ekonomi penduduk dengan menguasai dan mengontrol semua sumber daya alam, industri-industri penting, perbankan, dan sarana publik. Tujuan akhir dari sistem ini adalah, kesejahteraan yang merata dalam masyarakat tanpa ada hirarki kelas sosial. Namun, sebelum cita-cita tersebut tercapai, sistem sosialis runtuh karena perselisihan antar pimpinan dan korupsi di dalam tubuh pemerintah itu sendiri. Dengan kata lain, sistem ekonomi sosialis tidak berhasil memeratakan kesejahteraan rakyat namun malah memperpuruk rakyat ke dalam kemiskinan karena dominasi pemerintah membuat roda perekonomian tidak berkembang.

Lantas, perekonomian yang bagaimanakah yang mampu menciptakan kesejahteraan rakyat tanpa harus ada dominasi dari satu pihak tertentu? Adam Smith, penggagas sistem ekonomi kapitalis, menyisipkan catatan bahwa dunia yang paling baik adalah dunia tanpa “bunga”. Dalam bukunya, The Wealth of Nation, dia mengakui adanya sistem ekonomi yang sukses membawa masyarakat pada kemakmuran, yaitu perekonomian di era masyarakat madani pada abad ke 6 M silam.

Prinsip kemitraan, saling percaya, jujur, dan tanpa membungakan modal adalah penyangga utama suksesnya roda perekonomian di masa kepemimpinan Rasulullah SAW dan para Khulafaur Rasyidin di Kota Madina. Dengan menggali kembali kearifan di abad yang telah lampau, umat islam seluruh dunia berusaha mengadopsi kembali sistem perekonomian yang sesuai syariat Islam.

Sistem perbankan syariah yang mulai mendapat tempat di hati masyarakat, berkembang pesat selama enam tahun terakhir. Karena selain terbukti survive dalam melewati masa krisis moneter di tahun-tahun menjelang abad millenium, kehadiran bank-bank syariah mampu menjawab perdebatan para ulama tentang hukum halal haramnya sistem perbankan di Indonesia. Di samping itu, perbankan syariah memiliki poin plus dalam membantu meningkatkan kesejahteraan dan meringankan beban masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Keunikan dari bank syariah adalah prinsip bagi hasil yang diterapkan dalam transaksi antara dua pihak; pemilik modal (shahibul maal) dan penerima modal (mudharib), yang sepakat untuk membiayai dan melakukan suatu usaha. Prinsip bagi hasil adalah suatu pembagian hasil dari pendapatan atau keuntungan usaha yang diperoleh mudharib sesuai dengan akad awal. Contoh: seorang mudharib hendak merintis usaha mebel dan meminjam dana ke bank syariah. Jika kedua pihak sepakat membagi hasil pendapatan usaha dengan perbandingan nisbah 40:60 untuk shahibul maal dan mudharib, maka mudharib wajib melunasi pokok pinjaman beserta 40% hasil pendapatan selama beberapa kali angsuran sesuai dengan waktu yang telah disepakati.

Bagi mudhorib, prinsip bagi hasil yang diterapkan sangat menguntungkan karena angsuran pengembalian pinjaman setiap bulannya adalah tetap, sesuai dengan akad awal. Tidak akan terpengaruh oleh gejolak politik atau moneter yang tidak stabil. Sistem tersebut berbeda dengan bank konvensional yang menetapkan persen bunga—dari pokok pinjaman—yang selalu terpengaruh oleh spekulasi pasar. Bunga kredit bisa naik atau turun, tergantung situasi politik atau moneter. Itulah sebabnya di masa-masa krisis moneter tahun 1998-2002, banyak perusahaan bangkrut, UKM gulung tikar, serta bank-bank kolaps karena banyaknya kredit macet. Para kreditor tidak mampu membayar bunga bank yang mencekik leher.

Para calon mudharib yang pertama kali melihat perhitungan angsuran yang diterapkan oleh bank syariah mungkin merasa keberatan, karena mengganggap jumlah angsuran yang harus dibayar terlalu tinggi. Namun, jika dilihat keseluruhan secara teliti, cicilan tersebut sangat ringan, karena mudharib akan membayar jumlah cicilan yang tetap setiap kali pelunasannya. Berbeda dengan sistem cicilan yang diterapkan dalam bank konvensional. Nasabah selain harus melunasi pokok pinjaman yang berbunga, dia juga harus membayar bunga dari bunga pokok pinjaman. Otomatis yang dibayarkan oleh kreditor setiap bulannya adalah bunga dari bunga yang setiap bulan bertambah memberatkan.

Keunggulan lain bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional adalah ketepatan dalam menyalurkan dana. Bank syariah memperoleh keuntungan dari nisbah dan margin (fee atas jasa perbankan yang dilakukan bank), oleh karena itu semua dana di bank syariah benar-benar diinvestasikan untuk usaha dan pembiayaan bagi kepentingan mudharib. Sehingga tampak jelas bahwa modal yang masuk dimanfaatkan sepenuhnya untuk kemaslahatan umat. Dalam perekonomian kapitalis, bank konvensional mendapat keuntungan dengan mengalokasikan sebagian besar dananya dengan cara berspekulasi di sektor moneter maupun riil.

Yang terpenting dari semua nilai lebih di atas, bank syariah hadir dalam koridor yang sesuai syariat agama, yaitu tidak mengandung unsur maisir (judi), gharar (penipuan), haram, riba, dan bathil (rusak/tidak syah). Sehingga, tidak ada pihak-pihak yang akan dirugikan dalam bekerjasama dengan bank syariah.

Sebagai pihak shahibul maal (penabung/debitor), nasabah juga dapat merasakan nilai plus bank syariah. Keuntungaan yang diperoleh shahibul maal dihitung dengan menggunakan perhitungan bagi hasil yang halal. Selain itu shahibul maal telah bertindak sebagai investor yang membantu menyalurkan surplus dana yang dimilikinya kepada pihak-pihak yang minus dana. Dengan banyaknya dana dari pihak ketiga yang dihimpun maka dana yang disalurkan untuk investasi juga bertambah. Hal tersebut akan berpengaruh pada peningkatan jumlah pendapatan mudharib, yang pada akhirnya berpengaruh pada jumlah bagi hasil yang diterima nasabah. Dengan jumlah pendapatan yang saling bertambah, maka kesejahteraan penduduk dapat tercapai tanpa ada unsur persaingan dalam membungakan uang. Insya Allah.

Dalam menghimpun dan menyalurkan dana, bank syariah tidak terfokus pada salah satu umat beragama saja. Islam menghendaki ajaran aturan yang diterapkan dapat memberi manfaat bagi seluruh umat di muka bumi. (*)

Sistem Tata Ekonomi Kapitalisme, Sosialisme dan Komunisme - Definisi, Pengertian, Arti & Penjelasan - Sejarah Teori Ilmu Ekonomi

Thu, 07/09/2006 - 8:17pm — godam64

1. Sistem Perekonomian / Tata Ekonomi Kapitalisme

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi baang, manjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi.

Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara.

2. Sistem Perekonomian / Tata Ekonomi Sosialisme

Sosialisme adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur tangan pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata kehidupan perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara seperti air, listrik, telekomunikasi, gas lng, dan lain sebagainya.

Dalam sistem ekonomi sosialisme atau sosialis, mekanisme pasar dalam hal permintaan dan penawaran terhadap harga dan kuantitas masih berlaku. Pemerintah mengatur berbagai hal dalam ekonomi untuk menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat.

3. Sistem Perekonomian / Tata Ekonomi Komunisme

Komunisme adalah suatu sistem perekonomian di mana peran pemerintah sebagai pengatur seluruh sumber-sumber kegiatan perekonomian. Setiap orang tidak diperbolehkan memiliki kekayaan pribadi, sehingga nasib seseorang bisa ditentukan oleh pemerintah. Semua unit bisnis mulai dari yang kecil hingga yang besar dimiliki oleh pemerintah dengan tujuan pemerataan ekonomi dan kebersamaan. Namun tujuan sistem komunis tersebut belum pernah sampai ke tahap yang maju, sehingga banyak negara yang meninggalkan sistem komunisme tersebut.
Aku Bicara © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute