Rabu, 07 Januari 2009

DILEMA EMANSI PEREMPUAN MASA KINI

Disepanjang sejarahnya perempuan telah banyak berjuang untuk mendapatkan hak-haknya melalui emansipansi. Tapi dari kenyataan yang kita lihat sekarang, ternyatan perempuan masa kini seolah kembali terjerumus kedalam penjajahan modern emansipasi itu sendiri. Buktinya…! Perempuan masa kini menganggap dirinya merdeka yang tanpa dirasakan malah terjebak ketika meg-eksploitasi diri terhadap kemerdekaannya.
Kemudian merekapun dianggap biang atas krisis moral bangsa ini, mulai kasus pornografi, komersialisasi seks, pamer tubuh (iklan), tarian erotis dan banyak hal lagi yang sasaran utama dan umpannya adalah perempuan, lihatlah tayangan-tayangan televisi kita yang banyak meng-ekploitasi sensualitas perempuan…!
Benarkah perempuan sekarang seakan lupa akan hakekat dirinya…? Terlebih karena mereka hanya menonjolkan kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya. Dimanakah esensinya sebagai kaum yang santun…? Lantas apa yang dapat diharapkan dari kaum perempuan seperti ini…
Idealnya, perempuan yang sadar dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat seharusnya kembali mengingatkan sesamanya yang jatuh kedalam dunia hitam seperti itu. Karena lisan perempuan akan lebih dapat mengena ke dalam hati sanubari sesama mereka disbanding lisan pihak lain (laki-laki), untuk mengembalikan identitas mereka sebagai manusia yang santun dan bermartabat.
Dengan kondisi seperti ini, perempuan yang sadar idealnya wajib mengemban tugas untuk menjelaskan kembali fungsi norma-norma agama untuk menghantarkan sesamanya menuju kebahagiaan hakiki sesuai keyakinan agama masing-masing. Perempuan yang tercerahkan harus mengingatkan sesamanya akan peran dan tugas yang dipikul perempuan, baik melalui pendekatan, media pelatihan dan cara lainnya. Tugas ini akan berhasil jika dilakukan oleh perempuan itu sendiri dari pada diserahkan kepada laki-laki, karena memang persamaan memiliki kekuatan emosional kesadaran dan akal.
Harus kita sadari bahwa yang namanya perempuan mampu menjadi sumber daya yang jitu untuk memperbaiki sebuah masyarakat. Disamping itu, iapun mampu manjadi sarana jitu untuk merusak dan menghancurkan sebuah masyarakat.
Untuk itulah diperlukan peran-peran perempuan yang sadar untuk ikut serta dalam membentuk masyarakat religius sesuai dengan keyakinan spiritualnya masing-masing sehingga kondisi semacam pro dan kontra RUU APP (Rancangan Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi) bisa ditemukan titik tengahnya.


Oleh :
Agus Hermawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku Bicara © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute