Artikel
Kategori
Link
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh82YjFm4LGOszrIUg_1CN1yCgI_gaSahAjAwpgY5AZaSci0r5i1QLU1zmy0vE3dhNpvQkHFfGwkNQMMHfEL6mIlhzMx3whjRiFtV8DONcEZxDHIiT35AGrZgAvje5JtM0Nvc2sMA3QH7Q/s200/j4en7jmmYiam6ouvLeGGoO7Eo1_400.jpg)
![](file:///D:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot.jpg)
![](file:///D:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-1.jpg)
Aku
Aku memiliki bentuk fisik
Aku memiliki nama
Aku memiliki berbagai fasilitas
Aku memiliki fitur-fitur yang menarik
Aku memiliki berbagai macam benda
Aku memiliki dokumen-dokumen yang berharga
Aku memiliki segala keperluan yang dibutuhkan
Tapi,
Aku terlupakan.
Aku terdiri atas berbagai bentuk dan rupa
Aku terdiri atas berbagai warna dan cahaya
Aku terdiri atas segala yang lembut dan keras
Aku terdiri atas manusia-manusia yang berjuang demi kebutuhannya
Aku terdiri atas segala tulisan
Tapi,
Aku dibenci oleh beberapa orang.
Padaku terdapat banyak hal,
suka-duka
tawa canda
kegembiraan
pengkhianatan
persahabatan
percintaan
permusuhan
pertentangan
perselingkuhan (kadangkala)
pertautan
pertobatan
pengakuan
Tapi,
Aku tidak merasakan apapun selain merasa tak terpandang.
Padaku terdapat segalanya,
ilmu pengetahuan
kesehatan
kesalahan
keserakahan
kepintaran
teknologi
perkembangan dunia
Tapi,
Aku tidak memahami apa pentingnya semua itu bagiku.
Aku memiliki nama,
yang sering dipergunakan oleh anak kecil,
juga nama yang sama yang dipergunakan oleh saudara-saudaraku yang lain
yang meski bentuk kami berbeda
namun tetaplah sama.
Siapakah aku?
Aku,
segala yang menjadi pusat edukasi,
sekolah,laboratorium,perpustakaan,perguruan tinggi,seminari,
dan lainnya.
Tapi aku lebih senang,
jika kau dapat menyebutku...
Tempat belajar bersama.
Translator
Jumat, 09 Juli 2010
Oh..Andaikan Aburizal Bakrie Berani Meniru Cut Tari
tak cukup, tapi Cut Tari memberikan contoh yang baik. Cut Tari dengan
berlinang air mata meminta maaf kepada publik atas peredaran video mesum
mirip dirinya.
Bandingkan dengan mantan petinggi Group Bakrie, Aburizal Bakrie yang
masih saja tidak merasa bahwa Group Bakrie bersalah dalam kasus lumpur
Lapindo. Tidak peduli mayoritas pendapat pakar geologi internasional
mengatakan bahwa semburan lumpur itu bukan bencana alam melainkan akibat
aktivitas pemboran. Tidak peduli dengan bocornya dokumen rahasia MEDCO
yang mengungkapkan bahwa aktivitas pemboran adalah pemicu terjadinya
semburan lumpur. Begitu juga dengan hasil audit BPK.
Oh, andaikata Aburizal Bakrie berani meniru keberanian Cut Tari untuk
meminta maaf ke publik.. Ia meminta maaf kepada warga Porong, Sidoarjo
atas terjadinya semburan lumpur Lapindo. Ia juga meminta maaf kepada
seluruh rakyat Indonesia bahwa penanganan semburan lumpur Lapindo telah
menyedot uang rakyat di APBN.
Hindari Politik Tikus, Kembalikan Bakrie Award!
Segera menjelma, Bagai tak tercela
(Tikus-Tikus Kantor, Iwan Fals)
Cuplikan lagu Iwan Fals yang berjudul "Tikus-Tikus Kantor"
menggambarkan prilaku manusia yang mengikuti sifat tikus. Meskipun
salah, karena kelihaiannya, seakan-akan menjadi seorang malaikat yang
tak tercela.
Anehnya, beberapa waktu yang lalu, mantan petinggi Group Bakrie yang
juga Ketua Umum Partai Golkar menyerukan kepada kader partai, yang
besar di era rejim otoriter orde baru itu, untuk meniru prilaku tikus
dalam berpolitik.
Sementara sebelumnya, dihadapan para komunitas blogger, Aburizal Bakrie
dengan lantangnya mengatakan tidak merasa bersalah dalam kasus semburan
lumpur Lapindo. Ia seakan mengabaikan bahwa mayoritas pakar pemboran
internasional mengungkapkan bahwa semburan lumpur di Sidoarjo bukan
bencana alam namun akibat aktivitas pemboran Lapindo, perusahaan milik
Group Bakrie. Hal yang sama juga diungkapkan oleh hasil audit Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Untuk menyembunyikan kejahatan itulah,
Aburizal Bakrie menggunakan instrumen Partai Golkar dan Sekretariat
Gabungan Partai Koalisi.
Intelektual dan budayawan tentu sangat berperan dalam membela
masyarakat yang menjadi korban semburan lumpur Lapindo ini. Kebenaran
dan keadilan harus ditegakan. Para intelektual dan budayawan harus
mulai berani menyuarakan nuraninya. Korban lumpur Lapindo harus mereka
bela.
Namun penghargaan Bakrie Award sangat mungkin akan membuat para
intelektual dan budayawan itu enggan dan ragu untuk menyuarakan
kebenaran dan keadilan dalam kasus semburan lumpur Lapindo.
Untuk itu, Gerakan Masyarakat Sipil Menuntut Keadilan Korban Lumpur
Lapindo menyerukan kepada para penerima Bakrie Award, untuk
mengembalikan Bakrie Award. Dengan mengembalikan penghargaan, para
intelektual dan budayawan itu menjadi bebas untuk menyuarakan kebenaran
dan keadilan dalam kasus lumpur Lapindo. Tentu saja dengan
mengembalikan Bakrie Award, para intelektual dan budayawan itu juga
terhindar dari ancaman politik tikus yang memiliki karakter licik dan
culas.
Para penyeru untuk pengembalian Bakrie Award:
1. Siti Maemunah, Jariangan Advokasi Tambang (Jatam)
2. Andree Wijaya (Jatam)
3. Usman Hamid, Komite untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS)
4. Chalid Muhammad, Institut Hijau Indonesia
5. Riza Damanik, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA)
6. Berry Nadian Furqon, Walhi Nasional
7. Taufik Basari, LBH Masyarakat
8. Doel Haris, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)
9. Catur, Walhi Jawa Timur
10. Rini Nasution, Yayasan SatuDunia
11. Musjtaba Hamdi, Posko Korban Lapindo-Porong, Sidoarjo
12. Firdaus Cahyadi, Yayasan SatuDunia
13. Sinung , KontraS
14. Ndaru, Imparsial
15. Larasati, LBH Masyarakat
16. Luluk, Jatam
17. Beggy, Jatam
18. Pius Ginting, Walhi Nasional
19. Halim, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA)
20. Dewi, Solidaritas Perempuan
21. Dyah Paramita, ICEL
22. Selamet Daryoni, Institut Indonesia Hijau
23. Cut Rindayu, Yayasan SatuDunia
24. Hendro Sangkoyo
25. Torry Kuswardono
26. Arief Wicaksono
27. Andreas Harsono, Yayasan Pantau
28. Imam Shofwan, Yayasan Pantau
29. Don K. Marut
30. Riza V. Tjahjadi, Biotani & Bahari Indonesia
31. Teguh Surya, Walhi Nasional
32. Erwin Basrin dari Akar Bengkulu
33. Ronald Reagen dari Komkot PRP Bengkulu
34. Sofyan, Bingkai-Indonesia, Jogjakarta
35. Abdul Waidl, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Jakarta
36. Siti Nurrofiqoh, Yayasan Pantau
37. Wahyu Susilo, Infid
38. Mohammad Djauhari, KPSHK
39. M. Zulficar Mochtar, Destructive Fishing Watch (DFW)
40. SABASTIAN E SARAGIH
41. Ruby, Asian Muslem Action Network (AMAN) Indonesia
42. Djuni Pristiyanto, Moderator Milis Lingkungan dan Milis Bencana
43. Bosman Batubara
44. Akhmad Murtajib, Institut Studi untuk Penguatan Masyarakat
45. Valentina Sri Wijiyati, Koord. Div. Advokasi Penganggaran Untuk Pemenuhan Hak EKOSOB IDEA Yogyakarta.
46. Muslimin Beta, Turatea Profesional Network
47. Maria Josephine Wijiastuti, Jakarta
48. R. Yando Zakaria, fellow pada Lingkar Pembaruan Desa dan Agraria (KARSA), Yogyakarta.
49. Fahri Salam, Yayasan Pantau
50. Subagyo, LHKI Surabaya
51. AbduRahman, Tankinaya Institute
52. Chick Rini, Yayasan Leuser International
53. Rere Christanto, Posko Porong
54. Dian Prima, Posko Porong
55. Sapariah Saturi-Harsono, Wartawan
56. Endang Prihatin, Wartawan
57. Indra Purnomo, Freelancer
disunting dari : Firdaus Cahyadi
Apa Itu Hidup...???
Doa'ku
dan mudahkanlah untukku urusanku,
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
supaya mereka mengerti perkataanku."
(Doa Nabi Musa, QS Thaha : 25-28)
Pesan Lho Ye...
Check Page Rank of any web site pages instantly: |
This free page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service |
Biodata
- Nama : Agus Hermawan
- TTL : Kumai, 21 Agustus 1988
- Hobi : Insya Alloh Baca Qur'an (walau Jarang)
- Aktivitas : Kuliah
- Di : Universitas Palangka Raya (TPL)
- Buku Favorite: Ketika Cinta Bertasbih
- Tulisan Terbit : Dilema Perempuan Masa Kini (Tab.BAWI), Redefinisi Gerakan Pemuda (KALTENG POST)
- Hp : 085249602078